Sikapmu Membuatku Ilfil

Hari ini kuliah perdana.
Ratna...Selamat jadi mahasiswa ! Teriakku dalam hati.
Lingkungan baru berarti teman baru. Harus adaptasi nih.
Yes kuliah perdana Mata Kuliah Matematika. Favorit banget. Ada yang tidak begitu suka ? Pasti ! Terbukti ada yang menatap kosong ke depan, ada yang menguak, dan ada yang kelihatan tidak sabar ingin mengakhiri kuliah tersebut. Hahaha lucu deh lihat kelakuan mereka.

Usai kuliah, saya langsung pulang ke rumah. Awal-awal kuliah belum begitu sibuk. Belum praktek juga.

Dalam perjalanan pulang saya teringat kalau bentar malam ada undangan ulang tahun dari Berliana. Dia itu teman SMP saya dan sekarang kami kuliah pada kampus yang sama tapi beda fakultas. Mau ngasih kado apa ya ? Aha gimana kalau novel. Dia kan sangat hobi baca novel. Saya mampir ke toko buku dan memilih salah satu novel.

***

Jam tujuh saya nyampe di rumah Ana. Itu panggilan Berliana. Rupanya tamu sudah mulai berdatangan.
"Ratna...thank you dah datang" sambut Ana sambil memelukku.

"Iya dong pasti saya datang. Selamat ya..." kataku.

Uppzz di sebelah Ana ada laki-laki tampan dengan postur tubuh tinggi, kulit putih bersih. Siapa ya ? Apa gebetannya Ana ?
Ana ternyata bisa membaca pikiran saya, dia langsung memperkenalkan ke saya "oh iya kenalin ini sepupu saya namanya Riky. Dia anak Agribisnis juga lho sama dengan kamu cuma beda kampus".

Saya mengulurkan tangan yang disambut sedikit cuek oleh Riky. Kenapa ? Tidak suka kenalan dengan saya ? Tanyaku dalam hati.

Ana pamit meninggalkan kami untuk menemui tamu yang lain. Sebenarnya kalau ada teman yang lain yang saya kenal, ogah amat sama dia. Cuek dan sedikit dingin.
Setelah kami terdiam beberapa lama, saya memutuskan untuk memulai percakapan "Ky, dah semester berapa" tanyaku.

"Baru koq" jawabnya singkat

"Oh kita sama dong" ujarku.
Dia cuma senyum menanggapi. Yah lumayanlah dia bisa tersenyum daripada lu manyun.
Kami terdiam lagi.
Tiba-tiba dia berdiri, berlalu begitu saja. Ih ini orang sama sekali ggak ada etikanya. Pamit kek. Saya menggerutu dakam hati.
Tidak lama kemudian dia datang membawa dua gelas minuman dengan rasa yang berbeda.
"Mau yang mana, tiramisu atau vanilla ?" Tanyanya

Oh my gosh ternyata dia itu pergi mengambil minum toh. Saya sudah negative thinking tadi. Riky, Maafkan diriku.

"Yang vanilla saja" kataku sambil mengambil gelas dari tangannya. Saya berpikir, di balik sikap cueknya ternyata dia baik iuga.

"Kamu tidak suka tiramisu ?" Tanyanya

"Lebih suka vanilla" jawabku.

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 21.00. Saya pamit ke Berliana. Sementara Riky pulangnya belakangan.

***

Hari minggu saya di rumah saja. Malam nanti ada agenda dengan teman-teman komunitas. Handphone saya berdering. No name, siapa ya ? Dengan ogah-ogahan saya terima telpon "halo selamat pagi".

"Assalamu Alaikum" jawab dari seberang sana.

"Waalaikum salam. Dengan siapa ya ?" balasku.

"Ratna...ini dengan Riky" jawabnya.

Riky ? Riky siapa ya ? Tanyaku dalam hati.

"Hmmm pasti dah lupa ya ?. Saya sepupunya Ana" Lanjutnya.

"Oh iya saya ingat. Hmmm...apa kabar nih" tanyaku.

"Baik, kamu ?"

"Baik. Tumben nih telpon ?"

"Lagi iseng saja. Nggak ganggu kan ?" katanya

"Nggak" jawabku.

"Ntar malam mau jalan nggak sama saya ? Tanyanya.

"Yahh...nggak bisa. Saya ada acara dengan teman-teman komunitas" kata saya.

"Ohh. Hmmm...ntar pulangnya saya jemput ya"

"Boleh juga. Ntar jemputnya jam 9 ya"

"Ok..."

Setelah obrolan kami selesai, saya berpikir tumben dia ngajak jalan. Waktu kenalan saja dia kurang ramah. Yah meskipun belakangan dia bersikap lumayan baik mau mengambilkan saya segelas minuman.
Ah sudahlah lihat saja nanti.

***

Waktu menunjukkan jam 21.30 tapi Riky belum nampak, nggak ngasih kabar juga. Jadi jemput tidak ya ?
Malam semakin gelap dan sepi karena Hujan turun satu jam yang lalu. Bagaimana ini ? Seandainya saya pulang setengah jam yang lalu saya sudah aman di rumah. Teman-teman juga sudah pada pulang.
Ok saya menunggu lima menit lagi. Kalau tidak ada kabar. Saya akan pulang.
Tidak lama kemudian terdengar deringan telpon. Semoga itu Riky.

"Halo Ratna maaf ya saya tidak jadi jemput kamu" katanya.

"Lho kenapa baru ngasih kabar ?" Tanyaku.

"Hehehe...maaf ya" Katanya santai.

Saya langsung menutup telpon. Saya tidak mau berlama-lama kedinginan di sini terlebih lagi malam semakin larut.

Diperjalanan saya menggerutu dalam hati, si Riky ini ngeselin banget. Dia yang minta jemput saya tapi dia juga yang membatalkan, sudah begitu terlambat ngasih kabar lagi. Ngasih kabar juga kesannya tidak ada rasa bersalah. Sangat Nyantai.

***

Beberapa hari kemudian tidak sengaja saya ketemu dia di Toko Buku. Sangat santai mendekati saya seolah-olah tidak terjadi sesuatu. Dasar cowok cuek ! Teriakku dalam hati.

"Hai..." sapanya sambil senyum

"Hai" balasku dingin tanpa senyum

"Nyari buku apa" tanyanya

"Nyari buku Pentingnya Etika" jawabku menyindirnya.

"Itu karya siapa ya ? mari saya bantu".

"Nggak usah" kataku.
Nih orang benar-benar ya tidak tahu disindir. Halo ! saya tidak lagi nyari buku itu Riky !
Kalau saja di luar tidak hujan deras, pasti saya sudah kabur dari pandangannya.

"Ok...kalau begitu saya ke sana ya" Dia melirikku sambil berjalan ke tempat lain. Saya membalas dengan anggukan.

Saya sudah selesai transaksi tapi hujan di luar belum reda juga.
Uppzz saya ingat sama Riky. Apa dia sudah pulang. Sepertinya sudah karena toko juga sudah sepi, tidak ada transaksi lagi. Tuh kan dia itu benar-benar cowok cuek. Nawarin tumpangan kek berhubung lagi hujan deras trus toko juga dah mau tutup. Awas lu ya, ntar pasti saya balas.

***

Kring...kring...kring. siapa gerangan yang telpon . Oh ternyata Ana.
"Ratna, ntar malam mingguan yuk" tanpa basa basi Ana langsung main ajak saja.

"Ayo...emang mau malam mingguan dimana" tanyaku.

"Biasa...di pantai. Ntar saya yang jemput" jawab Ana.

"Okay..." balasku

***

Sampai di pantai, Ana langsung memesan pisang epe tiga porsi.
"Koq tiga porsi" tanyaku.

"Oh yang satu porsi itu untuk Riky. Tuh orangnya dah datang" sambil menunjuk ke arah Riky yang barusan keluar dari mobil. Kirain malam minggunya cuma berdua. Ternyata sama Riky juga.
Hmm bakalan ganggu mood nih nantinya.

"Hai... dah lama ?" Sapanya.
Saya mah ogah jawab dia. Lihat dia aja malas !

"Baru koq" jawab Ana sambil melirik ke arah saya.

"Kalian ada masalah ?" Lanjut Ana. Kali ini tatapan Ana ke saya dan Riky.

"Nggak ada. Iya kan" Riky menjawab sambil melihat ke saya tapi saya cuek saja. Tidak memberikan jawaban apapun. Lebih baik menyantap pisang epe yang sudah ada di hadapan saya. Batinku

Pisang epe tak tersisa di piringku. Baru kali ini terjadi. Entah kenapa, apa karena saya lagi marah atau benar-benar lapar. Tau ah !
Ana juga ikutan heran melihat isi piring saya yang benar-benar kosong tapi dia tidak komentar apapun.
Ingin rasanya cepat berlalu dari hadapan Riky.

Ana pamit ke toilet, dan saya memilih untuk beranjak ke arah anjungan. Saya ingin menikmati pantai sekaligus menghindari Riky. Tapi ternyata diam-diam Riky mengikuti saya.

"Ratna, saya mau ngomong sesuatu" itu suara Riky. Dalam hati, ngomong cepat deh trus kamu berlalu dari pandanganku.
"Sebenarnya saya...saya suka sama kamu. Maksudnya saya cinta sama kamu" lanjutnya terbata-bata. Apa ? Suka ? Cinta ? Hello ! Sikapmu selama ini tidak bisa membuat saya jadi suka juga ke kamu.
Tapi tidak ! Saya tidak boleh kelihatan marah depan Riky. Menolak seseorang itu harus bersikap lembut agar orang tersebut tidak semakin down dan tidak dendam.

"Ky...saya mau cerita sedikit. Sebenarnya hatiku saat ini lagi rapuh. Kelihatannya saja saya tegar tapi sebenarnya tidak seperti itu. Hatiku patah dan belum sembuh dengan sempurna. Saya berusaha untuk bangkit tapi tidak berarti saya bisa menghilangkan dan melupakan dia begitu saja" saya terdiam sebentar dan melanjutkan "jadi maaf ya Ky kalau saya tidak bisa membalas rasa sukamu itu. Semoga kamu bisa mengerti".

Kami terdiam dengan pikiran masing-masing.

Riky maaf, kalaupun hatiku baik-baik saja  saya tetap sulit bisa suka padamu karena sikapmu selama ini yang membuat saya jadi ilfil. Sebenarnya saya bisa saja membuka hatiku dengan sikapmu malam itu membawakan saya segelas minuman tapi dipertemuan berikutnya sikapmu tidak bisa ditolerir membuatku menunggumu dalam kedinginan dan pada akhirnya kamu tidak datang. Selanjutnya pada pertemuan berikutnya di toko buku kamu sama sekali tidak punya iktikad baik. Seharusnya kamu memberikan saya tumpangan mengingat saat itu hujan deras dan sudah malam juga. Rasa suka apa yang kamu punya. Rasa cinta apa yang kamu punya. Cinta itu asih bukan menyakiti. Saat kenalan juga kamu sudah tidak ramah dan tidak ada usaha untuk pendekatan misalnya mengantar saya pulang dengan alasan malam hampir larut. Saya tidak bisa membayangkan hubungan kita ke depan seperti apa kalau sikapmu seperti itu.

"Oh...begitu ya" Riky membuka obrolan dan membuat lamunanku buyar.
 "Tapi saya bisa menunggu sampai hati kamu benar-benar pulih" Lanjut Riky.

"Jangan ky, sebaiknya lupakan rasa suka dan cintamu karena saya tidak tahu kapan saatnya itu tiba" kataku.
"Saya harap kamu bisa mengerti maksudku" lanjutku sambil melirik ke arah Riky yang terdiam menatap saya.

"Ok. Baiklah kalau begitu. Saya bisa mengerti keputusan kamu. Tapi...kalau misalnya kamu berubah pikiran, kamu bisa hubungi saya" katanya sambil senyum.

Saya balas senyumnya.
Hmmm berubah pikiran ? Ya nggaklah. Batinku

Kami terdiam.

"Guys pulang yuk" Suara Ana memecah diamnya kami.

Saya menanggapi dengan anggukan. Sementara Riky hanya terdiam memandangi laut.

"Ky, saya pamit ya" kataku, dan dibalas dengan anggukan. Saya setengah berbisik "Ky, kita tetap berteman ya. Kalau ada sesuatu kamu bisa telpon koq". Dan tetap hanya dibalas dengan anggukan.

Saya meninggalkan Riky, mengikuti Ana yang lebih duluan ke parkiran.

Riky...semoga selanjutnya saat kamu ada rasa terhadap seseorang, kamu bisa bersikap lebih etika. Lebih elegan dalam melakukan pendekatan.

Karena Cinta itu perlu perlakuan bijak


|Cerpen|
Makassar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Story about me

Perbedaan Body Lotion, Body Cream Dan Body Butter

Mengapa Butuh Hand Cream ?