Setelah Janur Kuning Melengkung

Namaku Aryanti Astuti. Teman-teman biasanya manggil Tuti yang dipelesetin dengan Tukang Tidur. Emang sih benar adanya kalau dah ketemu bantal pasti deh bawaannya mau tidur. Hingga sekarang kuliah saya sudah semester tujuh tapi masih susah bangun pagi. Jadilah kuliah pagi tanpa sarapan seperti pagi ini.

Selesai kuliah saya langsung ke kantin. Sebenarnya malas sih ke kantin sendirian tapi lambung tengah saya ini tidak bisa diajak kompromi ditambah masih ada kuliah ntar jam sepuluh. Kalau tidak, lebih baik balik ke rumah bisa makan gratis.

Hmmm baru kali ini saya sarapan di kampus. Segelas teh ditambah kuliner khas Makassar putu labu dan putu cangkir. Ternyata memberi kenikmatan tersendiri sarapan sambil memandang kesibukan teman-teman mahasiswa yang entah itu menuju kelas mereka, ke perpustakaan ataupun ke kantor dengan urusannya masing-masing.

Dari kejauhan saya melihat Rama berjalan menuju kelas. Cowok tampan, berkulit putih, postur tubuh tegap. Cepat juga datangnya padahal masih setengah jam kuliah dimulai.
Saya menghabiskan sarapanku dan balik lagi ke kelas
"Hai" sapa Rama

"Hai" balasku

"Masih sepi ya ?"

"Iya" jawabku seadanya.

"Tetangga kamu belum datang ya" tanyanya lagi.

"Bentar lagi pasti datang" jawabku.

"Assalamu Alaikum" itu suara Linda tetangga saya, tapi yang dimaksud Rama bukan tetanggga yang ini.

"Waalaikum salam" jawab kami kompak. Saya yakin Rama ilfil atas kehadiran Linda di sini padahal bentar lagi kuliah akan dimulai. Semoga saja moodnya nggak keganggu.

Linda ini mahasiswi fakultas ekonomi. Dia suka sama Rama tapi rasa sukanya tidak direspon oleh Rama karena Rama suka sama saya padahal saya sudah ada pacar bahkan sudah menuju ke arah yang serius, dan itu dia tahu. Menurutnya selama janur kuning belum melengkung masih ada kesempatan untuk dia, itu dia sampaikan ke Ratna tetangga saya sekaligus junior saya di agribisnis. Tapi justru Ratna dan Rama yang digosipkan ada hubungan spesial. Mungkin karena mereka memang dekat. Bukan hanya di kampus mereka dekat tapi di luar kampus pun juga begitu. Entah itu menghadiri undangan, nongkrong ataupun hanya di rumah saja. Menurut saya, mereka itu sebenarnya sangat serasi. Mereka sama-sama cerdas. Kadang saya berpikir kenapa nggak jadian saja biar saya juga jadi aman.

"Hai, ngelamun aja nih" pundakku ditepuk oleh Ratna. Ternyata dia sudah datang tentunya sama tetangga Mely. Kami bertiga tetangga dan kuliah di program studi yang sama yaitu Agribisnis, sedang Rama di program studi Agronomi.
Tanpa basa basi lagi Ratna langsung ke kelas diikuti Rama. Linda mengikuti dengan pandangan mata yang tidak suka.
Rama pasti senang bisa berlalu dari hadapan Linda.

"Lin, kamu ada kuliah ?"tanya Mely

"Nggak ada" jawab Linda.

"Trus ke kampus ada urusan apa" tanya Mely lagi. Hmmm pasti tujuannya mau ketemu Rama soalnya jadwal kuliah Rama ada sama dia. Semalam dia minta sama saya tapi saya tidak tahu trus dia terpaksa minta sama Ratna dan sangat terpaksa pula Ratna ngasih ke Linda itupun Ratna diam-diam telpon untuk ijin ke Rama yang tentunya awalnya Rama nggak mau tapi dengan alasan yang logika akhirnya Rama setuju.

"Nggak ada, cuma mau jalan saja" jawab Linda.

"Oh ya ? Atau kamu mau jagain Rama ?" Kata Mely sambil senyum menggoda dan beranjak ke kelas tanpa pamit ke Linda.

"Lin, saya masuk dulu ya" kataku yang dibalas Linda dengan anggukan.

Habis kuliah kami langsung pulang, dan kami kaget sewaktu keluar kelas ternyata Linda masih di situ. Wow segitunya sampai harus menunggu sendiri.

Tiba-tiba Rama nyeletuk "Rat, ntar malam minggu saya ke rumah ya".

"ok, tapi harus sabar menunggu ya soalnya ntar malam saya ada asistensi laporan" kata Ratna.

"Nggak masalah. Ntar bisa ngobrol sama ibu. Ibu nggak keluar kan ntar malam ?".

"Nggak tahu juga. Ntar kubilangin ke ibu"

Oh my God ada yang terbakar cemburu tapi Linda nggak bisa bertindak karena dia bukan siapanya Rama, dan Ratna juga nggak bisa disalahkan karena sejak dulu mereka sering bersama.

***

Hari ini saya akan dilamar dengan sang kekasih. Saya senang tapi saya juga ngerasa nggak enak dengan Rama. Karena sampai saat ini dia masih berharap saya membalas cintanya. Bagaimana harus menyampaikan berita ini. Sebenarnya kalau mau gampangnya saya serahkan ke Ratna karena Rama selalu mau dengar apa kata Ratna tapi itu tidak mungkin karena ini menyangkut pengharapan Rama yang harus dia akhiri.

"Rat, habis ini kamu atur pertemuan saya dengan Rama" kataku.

"Siap ! Gimana kalau hari minggu nanti"

"Ok. Emang kapan Rama balik dari luar kota ?" Tanyaku

"Ntar malam. Dan besok dia ada ujian laporan. Habis ujian saya akan ngasih tahu rencana pertemuan kita".

"Hmm tahu banget ya agendanya Rama". Kataku menggoda. Tapi yang digoda biasa-biasa saja. Dasar Ratna yang selalu dingin dengan urusan rasa.

"Oh... itu dia ngasih tahu sebelum keluar kota" kata Ratna

"Emang kamu tidak ada rasa sama sekali ke Rama ?" Tanyaku. Yang ditanya cuma diam
"Padahal saya sangat berharap kalian bisa jadian".
Ratna cuma menanggapi dengan senyum.

***

I like monday. Kuliah ! Kuliah !
Hari ini kuliah jam sepuluh. Jadi lebih santai dan bisa sarapan di rumah dengan santai.
Sampai di kampus terlihat Rama, Ratna dan Mely lagi asyik ngobrol. Mereka memang tadi kuliah jam tujuh dengan mata kuliah yang berbeda.

"Hay guys" sapaku.

""Hai" jawab mereka kompak

"Tuty...pagi ini kamu ceria sekali, tidak seperti biasanya. Ada kabar apa nih ?" Kata Rama.

Upzzz ternyata kebahagiaanku kemarin masih terbawa hari ini.

Seperti biasa Ratna paling bisa menanggapi sesuatu dengan cepat
"Oh itu pasti karena dia tidak harus berpacu dengan waktu. Bisa sarapan di rumah dengan santai. Iya kan ?" Sambil melihat ke arah saya.

"Iya benar itu" jawabku cepat.

"Oh begitu. Kirain ada sesuatu yang membahagiakan" balas Rama.

Saya, Ratna dan Mely saling berpandangan. Maaf Rama kebahagiaan memang lagi bersanaku saat ini tapi saya belum menyampaikannya.

Kami terdiam. Dan diamnya kami dipecah oleh suara Ratna
"Eh minggu nanti kita nongkrong yuk. Sudah lama kita tidak nongkrong. Selama ini kita hanya disibukkan dengan kuliah, tugas, praktek, laporan dan ujian laporan".

"Ide yang bagus" kara Mely

"Kalau saya sih ikut saja" kata Rama.

"Ok. Saya yang traktir" kataku. Yah sengaja saya yang traktir. Entah masih bisa kumpul berempat saat usai nikahan nanti. 

***

Hari minggu sore kami bertiga menuju salah satu tempat nongkrongnya orang Makassar Kantin Murah dan Baik. Seperti biasa tempat ini selalu ramai di hari minggu terlebih posisi dekat jendela. Wajar saja sambil menikmati makanan bisa memandang ke bawah kesibukan kendaraan yang lalu lalang, memandang gedung-gedung bertingkat. Dan ternyata kita juga dapat posisi itu karena Rama datang lebih duluan dari kami.

Kami menikmati makanan dengan senang. Tapi seandainya Rama sudah tahu kenyataan yang sebenarnya pasti suasananya tidak seperti ini. Saya memandang ke Rama dan Ratna bergantian. Andai saja kalian bisa bersama, keadaan ini pasti akan menjadi nyaman.

"Rama, ada yang saya mau omongin" kataku

Rama mendongakkan kepalanya dan menatap saya serius "mau ngomongin apa".

Tiba-tiba Ratna berdiri dan pamit ke bawah  "saya ke supermarket dulu ya. Mau belanja titipan ibu"

"Saya ikut. Mau cuci mata" kata Mely

Saya dan Rama mengangguk dan mereka pun berlalu dari pandangan kami. Ratna pasti sengaja membiarkan kami berdua untuk menyelesaikan masalah kami.

"Rama, kemarin saya telah dilamar dan rencananya sebulan lagi kami menikah" saya berhenti sampai di situ. Saya nenunggu reaksi Rama tapi dia cuma terdiam.
"Maaf Rama kalau saya tidak bisa membalas cinta kamu, tapi saya yakin suatu saat kamu akan mendapatkan perempuan yang jauh lebih baik dari saya".

"Iya nggak apa-apa. Seberapa berat cintaku padamu kalau saya tidak ditakdirkan bersama kamu, saya bisa apa. Saya doakan semoga pernikahanmu lancar dan selalu bahagia" kata Rama dengan tenang.

"Terimakasih pengertiannya dan doanya. Kuharap kita masih bisa berteman baik" kataku yang hanya dibalas dengan anggukan.

Kami terdiam lagi, dan saya teringat sama Ratna. Saya jadi ingin tahu perasaan Rama ke Ratna.
"Rama, hubunganmu sama Ratna apa tidak  bisa dilanjutkan ke jenjang berikutnya" kataku spontan.

"Maksudnya ?" Tanya Rama dengan muka bingung.

"Dari sahabat menjadi kekasih. Bukannya kalian selalu saling mengerti dan kamu juga sepertinya dekat sama ibunya" lanjutku

"Oh... saya tidak pernah berpikir ke arah itu. Lagian kami tidak ada rasa seperti itu".

"Ohh... begitu ya. eh kita ke bawah yuk. Mungkin Ratna sudah selesai belanja" kataku yang dibalas anggukan oleh Rama.

Benar saja Ratna dan Mely ternyata lagi asyik duduk santai dengan minumannya.
"Minum dulu ya" kata Ratna sambil berdiri memesan minuman.

Saya dan Rama ikut duduk menikmati minuman yang  dipesan oleh Ratna. Saya melirik Rama yang tunduk terdiam. Tidak seperti biasanya. Rama itu pada saat kumpul punya banyak bahan obrolan tapi kali ini tidak, hanya suara Ratna dan Mely yang kedengaran.

"Waktunya pulang..." itu suara Ratna

"Ayo..." balas Mely. Rama tetap duduk terdiam.

"Rama, pulang yuk" ajak Ratna

"Oh nanti saya pulang belakangan" kata Rama.

"Are you ok ? Atau saya temani kamu di sini, dan ntar kita pulangnya barengan" kata Ratna. Ide yang bagus menurutku biar Rama bisa ada teman curhat dan berbagi kesedihan.
Jadilah mereka pulang belakangan. Saya mengerti dan bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Rama sekarang tapi harus gimana lagi. Janur kuning itu tetap akan melengkung. Maaf Rama....

***

Seminggu lagi pernikahan saya. Undangan telah dicetak dan siap diedarkan. Semakin tidak nyaman rasanya memberikan undangan nikahan ke Rama. Tapi menurut Ratna, dia baik-baik saja.

Ok semoga hari ini bisa ketemu Rama di kampus. Menurut Ratna, dia ada kuliah sore. Sangat kebetulan hari ini saya ada kuliah siang.

Habis kuliah saya ke kelas Rama tapi dia belum datang. Sambil menunggu saya coba mengingat kembali kebersamaan kami  sejak dua tahun terakhir. Tepatnya pada senester tiga. Saat itu saya dan Rama satu kelas. Berawal dari situ hubungan kami jadi dekat, dan pada saat bersamaan Ratna juga masuk gabung di fakultas yang sama. Jadilah Ratna juga dekat sama Rama bahkan sangat dekat dan sangat nyambung. Wajar saja mereka sama-sama cerdas. Di luar dugaan saya, ternyata Rama suka sama saya. Kenapa bisa ? Paras biasa-biasa saja, kecerdasan biasa-biasa saja. Sangat tidak imbang dengan rama. Ah cinta itu terkadang membingungkan.

"Tut, ngelamun aja nih" sapa Rama membuyarkan lamunanku.

"Hehe..." saya tertawa tipis.

"Wah undangannya sudah dicetak ya" sambil melirik undangan yang ada di tanganku.

"Oh iya. Ini undangan untuk kamu. Kamu mau kan datang ke nikahanku".

"Datang dong. Tidak dicintai tidak berarti membenci" katanya sambil tersenyum tipis.

"Ok. Terimakasih ya Rama" kataku sambil membalas senyumnya. Lega rasanya melihat sikap Rama seperti itu.

***

Janur kuning itu telah melengkung. Hari ini saya sah menjadi seorang istri yang hanya dihadiri oleh Mely. Rama dan Ratna lagi ada kuliah. Ok tidak apa-apa, yang penting sebentar di resepsi mereka hadir.

"Hai...selamat ya" itu suara Ratna.

"Makasih sayang. Kamu sama Rama ya ?"

"Tidak. Dia masih di kampus, ada kuliah sore. Dia nitip salam koq, kàtanya selamat dan sampai jumpa nanti di resepsi".

"Ohh..." balasku singkat

***

Jam tujuh malam gedung dimana tempat resepsi saya diadakan mulai ramai. Teman, kerabat, keluarga dan tetangga pada kumpul.
Ratna dan Mely mulai sibuk melayani dan berbincang dengan teman-teman dari kampus.

Dari pintu gedung nampak pria tampan menggunakan setelan hijau muda yang di sampingnya seorang perempuan cantik menggunakan warna senada. Sangat segar memandangnya. Dan ternyata itu Rama. Perempuan itu siapa ya ?

"Selamat ya" katanya menyalami saya.

"Terimakasih sudah mau datang" balasku setengah berbisik yang dijawab dengan anggukan. Tangan Rama dingin sedingin senyumnya.
"Cantik" lanjutku sambil melirik ke arah perempuan di sebelahnya. Perempuan itu tersenyum. Rama juga ikut senyum tanpa memberi penjelasan, kemudian membaur dengan teman-teman yang lain.
Dari Ratna saya tahu kalau perempuan itu adalah adiknya yang sekarang kuliah di Akademi Sekretaris.
Tadi saya sudah suka cita, saya pikir itu gebetannya.

***

Setelah janur kuning itu melengkung, hari-haripun saya lalui dengan status sebagai istri dan sebagai mahasiswi. Dan semakin ke sini saya semakin jarang ketemu Rama bahkan dengan Ratna saya juga jarang ketemu padahal kami tetangga. Sekarang mereka lagi skripsi jauh meninggalkan saya yang masih bolak balik kuliah bareng Mely. Dan pada akhirnya mereka telah wisuda. Kemudiab Rama kerja di luar kota sedang Ratna pindah rumah kepinggiran kota. Tidak ada lagi tempatku bertanya saat saya ada kendala dengan urusan kuliah. Tidak ada lagi nongkrong ramai-ramai. Semuanya jadi berubah. Benar saja nongkrong jelang pernikahan saya di Kantin Murah dan Baik itu untuk terakhir kalinya.
Ahh jadi rindu sama Ratna yang pernah jadi tetanggaku dan Rama yang pernah punya rasa denganku. Ada tetes air mata yang membasahi pipiku. Tetesan air mata rindu.
Semoga kebahagiaan bersama kalian dimanapun kalian berada.


|Cerpen|by Ratna Dg Bunga - Makassar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Story about me

Perbedaan Body Lotion, Body Cream Dan Body Butter

Mengapa Butuh Hand Cream ?