Confirmation Me, I Love You

"Konfir dong" begitu tulisan Angga di messenger. Ini chat ke-sekian kalinya dengan kalimat yang sama dalam beberapa hari ini.

Bosan juga lihat chatnya dengan kalimat yang itu mulu. Gimana coba mau dikonfir kalau teman sudah sampai batas lima ribu. Sabar saja dulu. Batinku.

"Follow saja dulu, konfirnya belakangan" jawabku di messenger.

"Ok" jawabnya singkat lalu dia langsung follow.

Selanjutnya, dia followers saya yang paling rajin ngelike post saya. Jadi nggak enak juga belum ngebalas likenya dia karena saya belum berteman sama dia.

***

Dua minggu kemudian saya konfirmasi dia. Dia sangat senang dan langsung chat "terimakasih...terimaksih sudah konfir".

Hari-hari selanjutnya dia lebih aktif chat di WhatsApp, terlebih pada saat saya lagi online. Kadang sempat baca dan balas. Tapi dia tidak bosan chat dan sabar menunggu balasan.

***

Hari minggu santai. Mau ngapain ya ? ANGGA ! Saya teringat dia. Oh iya saat mau konfir waktu itu saya hanya bisa lihat foto profil dan sampulnya saja. Saya jadi ingin tahu siapa dia sebenarnya. Jadilah saya kepoin akunnya. Wow dia ternyata mahasiswa S2 salah satu PTS kenamaan di kota ini. Benar nggak sih ? Ihh kenapa gue pikirin !

Handphone saya berdering. Ada panggilan di WhatsApp. Dari Angga rupanya. Tumben nih telepon, biasanya via chat saja. Terima nggak ya ? Jangan ! Biarkan saja berdering, nggak penting juga koq.

Beberapa hari kemudian Angga telepon lagi. Oh iya saya baru ingat kalau dia tidak pernah chat lagi sejak dia telepon hari minggu lalu. Kenapa ya ? Mungkin dia malas karena jarang dibalas. Pikirku.
Kuputuskan untuk terima teleponnya "Assalamu Alaikum"

"Waalaikum salam...alhamdulillah akhirnya diterima juga teleponku. Terimakasih ya Aura" jawabnya girang.

"Iya. Emang kenapa nggak chat saja"

"Mau dengar suara kamu" jawabnya

"Trus kalau sudah dengar ?" Tanyaku

"Mau ketemuan" balasnya. Saya sudah menduga pasti ujung-ujungnya mau ketemu apalagi kami berada di kota yang sama.

"kalau dah ketemu ?" Tanyaku lagi

"Lihat saja nanti. Yang penting ketemu dulu lah. Mau kan ?" Balasnya.

"Yakin mau ketemu ?"

"Sangat Yakin" jawabnya.
"Gimana kalau kita ketemu hari minggu lusa" lanjutnya antusias. Bagaimana ini, ketemu nggak ya ?

"Halo Aura...gimana ?" Angga sedikit teriak.

"Ok minggu sore boleh deh" akhirnya saya memutuskan untuk ketemu sama dia, meskipun sebenarnya agak ragu. Tapi kalau dengar dari suara dan caranya bicara sepertinya dia cowok yang baik. Eh iya bukannya dia juga cowok yang berpendidikan berarti dia lebih tahu etika. Jadi apa yang diragukan untuk ketemu. Harus Yakin akan baik-baik saja. Yang terpenting adalah tetap waspada.

***

Minggu sore saya menuju mall panakkukang sesuai kesepakatan semalam. Saya mau ketemu di tempat yang ramai dan Angga tidak masalah.
Sampai di lobby handphone saya berdering. Itu pasti Angga tapi Saya tidak mengambil handphone dari dalam tas. Saya coba melihat sekeliling saya siapa-siapa saja yang bermain handphone.
Upsss tidak jauh dari saya seorang cowok menggunakan T-shirt putih lagi coba untuk telepon, itu mirip Angga. Photo profil dan sampulnya sama dengan cowok itu. Saya intip dalam tas, telepon masuk dari Angga. Tidak salah lagi, itu Angga. Sepertinya dia belum melihat saya. Saya mendekat. Belum juga menyapa dia, keburu dia melihat ke arah saya dan langsung menyapa dengan ramahnya "hai, di situ Aura kan ?".

"Iya benar. Sudah lama ya ?" Balas saya dengan ramah juga tentunya.

"Baru koq. Oh iya mau nongkrong dimana nih ?" Tanyanya.

"Di J.CO saja" jawabku. Sengaja kupilih J.CO karena merupakan tempat nongkrong yang paling dekat dengan lobby tempat sekarang kami berdiri.

"Ok" jawabnya sambil kami berjalan menuju J.CO

Sambil menunggu pesanan, saya coba curi pandang ke arah Angga. Tampan, bisikku dalam hati. Kelihatannya juga cerdas, dan yang terpenting dia itu sangat santun. Sangat nyaman bersamanya meskipun ini adalah pertemuan pertama.

"Kenapa ? Kamu kagum ya dengan ketampananku" ucapnya bercanda membuat saya jadi salah tingkah. Malunya, kedapatan curi pandang.

Kamipun terlibat obrolan ringan sampai pada akhirnya saya pamit pulang.
"Maaf Angga, sepertinya saya harus pulang" kataku.

"Oh iya terimakasih waktunya hari ini. Saya sangat senang bisa ketemu dengan kamu. Semoga kamu juga senang" katanya serius.
Saya hanya menanggapi dengan senyum. Entah kenapa sangat gengsi mengakui kalau saya juga senang padahal saya ini orangnya selalu jujur, apa adanya.

"Saya berharap ini bukan pertemuan terakhir tapi akan ada pertemuan-pertemuan selanjutnya". Lanjut Angga. Lagi-lagi saya hanya menanggapi dengan senyum. Tidak tahu mau jawab apa. Tapi apa maksudnya ya dengan pertemuan-pertemuan selanjutnya. Bodoh ah yang penting hari ini saya senang. Pertemuan pertama yang menyenangkan.

"Aura, gimana kalau kita ketemu sabtu sore di tempat ini. Kamu mau ya...please" katanya.

"Saya tidak bisa janji. Lihat nanti ya" jawabku. Oh my gosh Aura gengsi amat sih untuk langsung bilang mau.

"Ok. Sekarang kita pulang. Kuantar ya"

"Nggak usah" kataku.

Kamipun pulang dengan perasaan senang.

***

Sabtu sore yang cerah. Mall panakkukang sangat ramai. Saya sudah setengah jam keliling. Angga belum datang, katanya tadi via WhatsApp dia terjebak macet. Itulah bagusnya kalau buat janji di Mall bisa cuci mata dulu kalau teman telat datang, jadi tidak jenuh menunggu.

Handphone saya berdering, dari Angga. Mungkin dia di J.CO sekarang. Saya bergegas ke tempat itu. Benar saja dia sudah di situ.

"Hai" saya menyapa dia

"Hai, kebiasaan deh kalau ditelpon selalu diabaikan" katanya sedikit mengeluh.

"Maaf. saya ngerasa kamu pasti sudah di sini. Dan ternyata benar kan". Kataku membela diri.

"Iya ga apa-apa. Maaf ya saya telat. Heran deh sabtu tetap macet" katanya.

"Ga apa-apa. Santai. Saya tadi habis keliling" balasku.

Dia terdiam, lalu "Aura, kamu percaya nggak dengan jatuh cinta pada pandangan pertama"

"Percaya. Emang kenapa ?" Tanyaku

"Saya lagi jatuh cinta pada pandangan pertama"

"Oh ya...dengan siapa ?" Tanyaku

"Dengan kamu" jawabnya.
Saya tidak kaget dengan pernyataannya karena sebelumnya dia sudah memberi isyarat kalau dia mau ada pertemuan-pertemuan selanjutnya.

"Sebenarnya rasa suka itu sudah ada sejak saya minta konfirmasi dan lanjut dengan obrolan lewat telpon. Untuk memastikan rasa saya ke kamu, saya minta untuk bisa ketemu dengan kamu. Ternyata pertemuan itu menjawab perasaan saya, tapi saya belum mau mengutarakan semuanya karena saya anggap terlalu cepat dan akan membuat kamu kaget karena terkesan mendadak" Angga berhenti sejenak sambil memandang saya mungkin dia mau cari tahu jawaban lewat mata saya apakah saya juga punya perasaan yang sama.
Dan dia lanjut "Aura, saya sudah menyatakan perasaan saya ke kamu. Kamu sendiri gimana ?"

"Hmm...sejujurnya saya juga suka sama kamu. Saya nyaman bersama kamu tapi saya tidak tahu apakah ini bisa disebut cinta" jawabku.

"Apakah itu cinta atau bukan perlu pengujian" katanya.

"Maksudnya ?" Tanya saya dengan bingung.

"Kita coba selama dua minggu saya tidak chat, telpon dan temui kamu. Selama dua minggu itu kamu coba rasakan apa yang terjadi pada diri kamu. Misalnya rindu berat, ingin ketemu, ingin ngobrol meskipun hanya lewat telpon, rasa sedih karena tidak ketemu, di otak kamu selalu ada saya. Setelah itu kamu akan tahu apakah kamu juga mencintai saya atau tidak".

Saya cuma terdiam mendengarkan lalu mengangguk

***

Hari sabtu lagi nih. Sabtu mendung semendung hatiku. Entah kenapa beberapa hari ini seperti ada yang hilang. Apakah saya kehilangan Angga. Tau ah !
Masih ada waktu seminggu untuk tahu perasaan saya.

***

Seminggu ini saya lewati dengan sepi. Otak saya hanya dipenuhi dengan Angga.  Ingin rasanya ketemu. Apakah ini pertanda kalau saya mencintai Angga.
oh iya bukannya malam ini tepat dua minggu saya tidak ketemu Angga. Itu berarti waktu pengujian sudah berakhir tapi koq Angga belum telepon ya. Lupakah ? Atau sibuk ?
Mau telpon duluan tapi rasanya malu, gimana ini ?
Telpon...tidak...telpon...tidak. telpon malu, tidak telpon rindu.
Hmmm gimana kalau chat saja. Ya ini pilihan yang tepat 
"Assalamu Alaikum" begitu salam saya.

Ih sudah centang dua tapi nggak dibalas. Kenapa ya ?
Handphone saya berdering. Angga ! Oh rupanya mau langsung telepon. Saya terima tapi saya belum sempat salam, dari seberang sana angga duluan ngomong
"Waalaikum salam. Kenapa ? Kangen ya, ringan apa berat ? Atau sudah ngerasa mencintaiku ?"
Oh my gosh, mau jawab apa nih.

"Ih apaan sih. Trus kenapa juga kamu nggak telepon ?" Kataku spontan. Wah ketahuan dong kalau saya nunggu telepon dari dia. Benar-benar deh cinta bisa mengalahkan semuanya. Kontrol sudah hilang.

"Oh mau ditelepon toh. Apa ini pertanda..." kalimatnya menggantung. Sambungan komunikasi terputus sepertinya  handphonenya lowbat.
Baguslah daripada Angga ngeledekin terus. Sekarang lebih baik saya chat saja
"Iya saya jujur. Saya cinta sama kamu Angga. Miss you". Hhu lega rasanya sudah mengakui perasaan ini ke Angga. Dan sayapun tidur dengan nyenyak sampai tidak dengar kalau Angga telepon, bahkan ada chat di WhatsApp "pasti sudah tidur. Sayang, thanks ya pengakuannya meskipun hanya via WhatsApp. Yang pasti saya mau bilang "Confirmation me, I love you".

Saya tersenyum membacanya. Yah berawal minta dikonfirmasi berkali-kali trus berteman di facebook lalu chat dan telepon di WhatsApp kemudian sua darat dan ditembak pada pertemuan kedua. Sampai akhirnya jadiannya via Whatsapp.

Hmmm minggu pagi bahagia, dan tanpa malu-malu lagi saya langsung balas "I love you too".



|Cerpen| by Ratna Dg Bunga - Makassar






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Story about me

Perbedaan Body Lotion, Body Cream Dan Body Butter

Mengapa Butuh Hand Cream ?