Kisah Kita Berlalu Bersama Senja

Hari ini suasana kantor lebih ramai. Wajar saja karena hari ini hari pertama masuknya karyawan baru yang nantinya akan menempati divisi marketing, dan tentunya juga sebagian dari mereka akan ditempatkan di kantor cabang.

Hmmm mereka cantik dan tampan dengan postur tubuh yang ok.
Uppzz mata saya tertuju pada cowok yang berkulit putih. Wow senyumnya mak !  manis sekali. Namanya siapa ya ? Maklumlah saya bukan dari divisi personalia, sehingga saya belum tahu nama mereka. Nanti juga pasti bisa kenalan. Pikirku

Kantor sebentar lagi akan dibuka. Kudu siap siap. Harus benar-benar rapi sebelum customer datang.
Eits cowok itu mana ya ?
Hmmm mungkin ke dalam untuk mendapatkan pengarahan dari kepala marketing dan supervisor masing-masing.

***

Keesokan harinya, cowok tampan itu tidak nampak. Apa ditempatkan di kantor cabang ? Cari tau ah !

"Masih pagi sist. Melamun mulu" sapaan kak Nana membuatku kaget.
"Emang ngelamunin apa non" lanjut kak Nana.

"Hhehe...kak Nana. Gimana perjalanan dari rumah ke kantor, lancar lancar saja kak atau ada yang segar segar kah di jalan ?". Ini pertanyaan yang selalu ku lontarkan pada saat kak Nana nyampe di kantor soalnya jarak rumah kak Nana dan kantor lunayan jauh sehingga ada banyak hal yang kak Nana bisa lihat kemudian diceritakan ke saya.

"Perjalanan lancar dan semuanya biasa-biasa saja". Jawab kak nana

"Kak, kenal nggak sama marketing baru yang kemarin pake kemeja biru ?" Tanyaku spontan

Kak Nana berpikir sejenak lalu "oh itu namanya Herman. Dia ditempatkan di kantor cabang. Dia itu lulusan S1 Teknik Sipil dari salah satu PTN. Kenapa ? Kamu suka sama dia ? Hati-hati lho, orang tampan biasanya banyak yang suka".

Saya senyum dan berpikir. Iya sih dia tampan dan kelihatannya dia itu cerdas. Pasti akan jadi rebutan kaum hawa, tapi jodoh tidak ada yang tahu. Maju saja dulu.
Ih Non apaan sih. Kerja ! Kerja !

"Non, Hari sabtu ada meeting untuk semua divisi" lanjut kak Nana memberitahu. Semua divisi ? berarti nanti bisa ketemu Herman.

***

Sabtu telah tiba !  Waktunya Meeting ! Waktunya kenalan dengan Herman ! Semoga....
Selesai meeting saya menemui Herman, mau ngajak kenalan maksudnya. Dan ternyata di sana ada kak Nana. Kebetulan banget, bisa basa basi dulu dengan kak Nana.
"Hai kak" sapaku sambil menebar senyum ke arah Herman.

"Hai Non. Oh iya kenalin ini Nona Ras" kata kak Nana ke Herman. Kami pun kenalan.

Setelah kenalan kami lanjut makan siang yang telah disediakan kantor. Senang banget rasanya bisa sama Herman hari ini. Makan bersama, bercanda dan tertawa bersama. Bahkan pulangnya juga diantar oleh dia. Sabtu bahagia ! Semoga selalu begini. Doaku.

***

Selanjutnya hari-hariku selalu ceria semenjak bersama Herman.Terlebih setelah kami resmi jadian. Bulan ke bulan saya lalui dengan bahagia.
Saya juga tidak peduli dengan omongan teman-teman kantor tentang siapa itu Herman sebenarnya. Yang penting saya bahagia.

Tapi omongan teman kantor tentang Herman lama-lama jadi kepikiran juga, masa iya sih kalau saya ini pelakor. Masa iya dia sudah punya pacar sebelum jadian dengan saya. Tega amat sih. Pikirku. Trus kapan ada waktu sama pacar pertamanya. Bukannya selama ini dia selalu jalan sama saya. Bahkan hari minggu pun dia bersama saya. Kalau ini benar adanya gimana saya harus bersikap ? Apa harus ninggalin dia ? tapi saya terlanjur dalam mencintainya. 

Ok ! Saya akan menyelidiki kebenaran berita ini, tapi gimana ya caranya. Mulainya dari mana ? Ayo pikir Non !
Oh iya saya ingat selama ini saya jarang banget malam mingguan sama dia, adanya hari minggu bersama dia lebih sering. Berarti mungkin dia menggunakan malam minggu bersama pacar pertamanya itu. Ok malam minggu nanti saya akan mulai menyelidiki Herman.

***

Malam minggu diam-diam saya ke arah rumahnya Herman. Untuk mendapatkan alamat rumahnya bukan hal yang sulit bagiku berhubung kita bekerja di perusahaan yang sama. Kemarin saya sudah melacak titik tepat alamat tersebut.
Karena alamatnya ini masuk lorong, jadi saya hanya bisa memantau di ujung lorong berharap dia akan keluar nantinya.
Betul saja setelah menunggu beberapa menit dia keluar dengan seorang perempuan berambut panjang. Postur tubih tinggi , warna kulit putih. Cantik, sangat imbang dengan Herman. Dan rupanya mobil yang terparkir di depan saya adalah mobilnya. Mereka telah berlalu, entah kemana. Saya tidak ada niat untuk mengikutinya. Cukup tau saja dulu malam minggunya sama siapa.

Di perjalanan pulang saya berpikir. Selama jadian Herman tidak pernah ngajak saya ke rumahnya. Sementara perempuan itu sepertinya dia sudah biasa ke rumah Herman yang berarti perempuan itu sudah kenal baik dengan keluarga Herman.
Sebenarnya siapa perempuan itu, sepertinya dia dari kalangan elite.

***

Hari senin waktunya kerja. Semangat Non !
Hari ini tidak seperti biasanya, saya tidak menunggu dijemput setelah melihat kenyataan malam itu.
Tapi ternyata dia menjemput saya. Ok saya harus tenang, bersikap biasa-biasa saja sampai semuanya bisa terungkap dengan jelas.

"Hai..." sapanya tersenyum lebar

"Hai" balasku tersenyum tipis.

"Kemarin handphone kamu tidak aktif ya ?saya telpon beberapa kali"

"Iya sengaja nggak diaktifkan. Lagi kurang sehat" jawabku

"Oh ya ? Kamu sakit apa ?"

"Sakit hati" jawabku santai

"Ha ? Sakit hati ? Maksudnya ?" Tanyanya serius
Tapi saya jawab dengan senyum saja.

Sampai di kantor, saya tertarik dengan mobil yang terparkir beberapa meter dari kantor. Sepertinya saya mengenal mobil itu. Iya benar itu mobil perempuan yang pergi bersama Herman malam itu. Saya melirik ke arah Herman. Sikapnya tidak mencurigakan. Apa dia tidak lihat mobil itu.

Saya masuk kantor dengan sikap tenang, dan Herman pun juga berlalu. Dalam kantor ada bisik-bisik dari teman-teman. Ada apa sih. Karena penasaran saya ikut gabung sama mereka. Belum juga bertanya, sudah didahului ibu Kiara
"Non, kamu mau lihat pacarnya Herman..." sambil menarik saya ke arah jendela.
Oh my God benar kan ? Di luar itu mobilnya dia. Dan Herman juga ada di sana.

"Perempuan itu namanya Olivia. Dengar kabar dia dari keluarga tajir. Mereka teman kuliah dan menjalin hubungan sejak kuliah sampai sekarang" lanjut ibu Kiara.

"Menurut teman-teman di kantor cabang, Olivia itu tahu kalau Herman ada hubungan sama kamu" tambah Anita.

saya hanya bisa terdiam. saya tidak mengerti dengan kenyataan yang saya hadapi ini. ngajak jadian padahal sudah punya pacar, sudah begitu pacarnya tahu tapi tidak melakukan tindakan apapun. kelihatannya santai saja. Ada apa ini ? Urusan cinta memang benar-benar rumit !

Saya beranjak ke dalam untuk siap-siap kerja. Saya akan diamkan dulu masalah ini beberapa hari ke depan.

***

Hari jumat, jam istirahat saya menuju kantor cabang. Semoga ada titik terang untuk cinta segitiga ini.

Kantor sepi, mungkin karena ada yàng jumatan dan ada yang lagi keluar makan siang. Di ruangan marketing rerdengar obrolan
"Eh kasian ya mbak Non dijadikan pacar untuk diporotin sama Herman. Bensin, makan, nonton, piknik semuanya dibayarin mbak Non. Belum lagi dibeliin baju, jam tangan dan lain-lain. Sementara dia ngasih apa coba ke mbak Non". Itu suara yang saya tidak kenal. Sepertinya itu karyawan baru.

"Memang itu maksudnya jadian sama mbak Non biar dia bisa dapat gratisan karena selama ini hidupnya selalu enak sama Olivia tapi setelah Olivia ke luar negeri melanjutkan kuliah S2 berarti pemberian Olivia jadi stop" lanjut suara yang lain.

"Tapi sekarang  Olivia sudah balik, gimana dong nasibnya mbak Non" tanya suara yang pertama.

"Pasti diputusin. Secara Olivia itu lebih tajir" jawab pemilik suara yang kedua.

Saya diam-diam meninggalkan kantor. Di perjalanan saya berpikir. Saya harus mengambil keputusan demi kenyamanan hatiku. Hari minggu adalah waktu yang tepat untuk mengakhiri semuanya karena besok malam minggu pasti dia bersama Olivia dan malam ini saya ada lembur.

Waktu menunjukkan hampir dini hari. Pantasan kantuk ini tak tertahan lagi. Saya melirik kak Nana. Olala dia masih kuat, matanya masih lebar. Kak Nana memang dikenal sebagai karyawan yang jago lembur. Telpon kantor berdering. Siapa ya yang telpon larut malam begini. Dengan ogah-ogahan saya terima telpon
"Halo selamat malam" sapaku.

"Assalamu Alaikum" jawab di seberang sana. Ha ? Itu suara Herman. Saya baru ingat kalau handphone saya non aktifkan.

"Waalaikum salam" balasku datar saja. Kalau saya belum tahu siapa kamu sebenarnya pasti saya sangat senang ditelpon sama kamu di saat saya benar-benar lelah seperti ini.

"Non dah mau pulang ? Saya jemput ya..."

"Nggah usah, ntar diantar sama supir kantor tapi yang diantarin duluan itu kak Nana" kataku menolak.

"Ohh gitu ya. Iya deh hati-hati di jalan" katanya.

"Man, hari minggu sore kita ketemu ya. Bisa kan ?"

"Bisa dong. Jam empat saya jemput ya"

"Okay. Sudah dulu ya soalnya saya mau siap-siap pulang".

"Okay"

***

Sambil  menunggu jemputan, saya coba kilas balik hubungan saya dengan Herman. Hampir delapan bulan membina hubungan, semuanya terasa indah. Nonton, Nongkrong, piknik, antar jemput semuanya akan berakhir dan menjadi kenangan. Sungguh saya tidak menyangka akan berakhir seperti ini.

Saya yang bodoh ! Saya tidak pernah mau tahu obrolan teman-teman di kantor. Cintaku yang dalam telah menutup semuanya. Ini merupakan pembelajaran untuk masa akan datang bahwa semuanya harus ada kontrolnya.

"Non...Non..." panggilan Herman membuyarkan lamunanku.

"Hhehe...dah datang toh. Kita langsung aja ya"

"Siap Non"

Kami pun pergi.
Herman, ini jemputanmu yang terakhir. Besok pagi tidak ada lagi jemputan ke kantor. Saya harus terbiasa tanpa kamu.

Kami telah sampai di Kampoeng Popsa, salah satu tempat nongkrongnya orang Makassar. Masih agak sepi. Ntar jelang Sunset pasti ramai. Hmm sore ini sore terakhir bersamamu. Tempat ini pernah jadi saksi resminya hubungan kita dan tempat ini pula akan jadi saksi berakhirnya hubungan kita. Dan saya akan akhiri semuanya dengan manis. Saya tidak boleh marah. Saya cukup tahu diri. Saya yang agresif mendekati kamu lalu akhirnya kita jadian. Seandainya saya tidak seagresif itu pasti di antara kita tidak ada hubungan. Saya tidak bakalan jadi orang ketiga.

Selesai menikmati makanan. Saya melirik dia yang lagi asyik menatap handphone. Sampai saat ini sikapmu biasa-biasa saja seakan-akan hanya saya yang ada di hati kamu. Tidak ada rasa cemas di mata kamu. Kamu tetap bisa on time menjemput saya

"Man, saya mau putus sama kamu" kataku dengan lembut

Dia kaget menatap saya "Ha ? Tapi kenapa ?:

"Terimakasih selama ini sudah membuat hari-hariku ceria, memberiku kebahagiaan dan rasa nyaman serta aman. Tapi hubungan ini tidak bisa dilanjutkan. Saya tidak mau jadi perusak hubungan kamu dan Olivia. Andai saja saya tahu kamu sudah punya pacar saat itu, saya tidak bakalan dekatin kamu" kàtaku dengan tenang.

"Non, maaf ya. Jujur awalnya saya juga iseng dengan hubungan kita tapi senakin ke sini saya jadi nyaman dengan kamu terlebih Olivia jauh di negeri orang. Tapi saya juga harus jujur bahwa sampai sekarang saya masih cinta sama Olivia" kata Herman sambil menatap saya.

"Iya saya mengerti koq dengan perasaan kamu ke Olivia. Untuk itu saya mau mengakhiri hubungan kita" kataku

"Non, sekali lagi saya minta maaf" katanya sendu.

Saya mengangguk lalu menatap laut. Tidak ! Danau yang terbentuk di mataku ini tidak bisa tumpah di depan Herman. Saya harus kuat.

Kami terdiam
Entah apa yang dirasakan Herman sekarang. Menurutku pasti dia lega karena cinta segitiga ini telah berakhir dan dia pasti merasa di titik nyaman karena yang mengakhirinya bukan dia.

Kampoeng Popsa mulai ramai. Senja memperlihatkan kecantikannya. Kata orang senja itu selalu cantik kecuali orang yang melihatnya itu lagi patah hati. Yahh hatiku patah jadi dua tapi senja tetap cantik, tetap memberi ketenangan. Dan senja ini merupakan senja terakhir bersama Herman dan bukan sebagai kekasihnya lagi

"Man, saya pamit duluan ya" kataku membuyarkan lamunannya.

"Hha !? Saya antar kamu pulang ya..." katanya.

"Nggak usah. Biar saya sendiri saja" kataku sambil bergegas pergi meninggalkan dia dengan wajah bingunnya.

Selamat tinggal Herman. Terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Asal kamu tahu, saya tidak pernah bisa marah apalagi benci sama kamu. Saya cuma mau kita berada di zona nyaman.


|Cerpen|
Ratna Dg Bunga - Makassar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Story about me

Perbedaan Body Lotion, Body Cream Dan Body Butter

Mengapa Butuh Hand Cream ?