Tentang Rasa Di SMA

 Teng teng teng .... Bel berbunyi tanda waktu istirahat tiba.

"Ok kita istirahat dulu. Habis istirahat kita lanjutkan dengan kuis". Kata pak Syaiful. Beliau adalah guru matematika kami yang terkadang ngasih kuis tiba-tiba. Yang suka dengan pelajaran matematika tidak masalah sih tapi yang tidak suka akan jadi masalah.

"Oh my gosh. Mau jawab apa nih bentar kuisnya. Yang tadi saja belum mengerti, apalagi yang beberapa hari lalu". Kata Karina teman sebangku saya sekaligus sahabat saya juga. Sambil berkata seperti itu, dia menatap saya..
"Kalau kamu sih nggak masalah" lanjutnya.

"Daripada ngeluh, masih ada waktu untuk belajar. Ayolah pasti kamu bisa" kata saya menyemangati dia.

Dari arah jendela saya melihat sosok laki-laki berjalan menuju musholla. Dia itu teman dekat saya sebelum pembagian jurusan. Namanya Riyady. Teman-teman biasanya manggil Rey. Postur tubuhnya tinggi dan kulit kuning langsat. Dia jago bahasa Inggris tapi tidak sombong. Jujur Saya suka sama dia sejak kelas satu tapi...

"Ratna, kamu tidak ke mushollah ?" Tanya Karina. Lamunanku buyar seketika.

"Oh iya ya" saya mengambil perlengkapan shalat dalam tas dan langsung bergegas ke mushollah.

Balik dari mushollah, saya berpapasan dengan Rey
"habis shalat" sapanya.

"Iya..." jawab saya singkat.
Entah kenapa sejak tidak sekelas lagi sama dia, saya berasa jadi jauh sekali dari dia. Saat bertemu seperti ini bawaannya jadi kaku. Bicara seadanya. Jauh di lubuk hati, saya tidak menginginkan keadaan seperti ini. Sangat menyedihkan. Rasanya mau kembali ke kelas satu. Bercanda dan tertawa bersama saat jam istirahat, saat ada tugas bahasa Inggris dengan senang hati dia akan membimbing saya. Ada rasa nyaman saat bersamanya. Ahh sangàt menyenangkan pada saat itu.

"Ratna...kelasmu dah lewat lho" suara Rey membuyarkan lamunanku.

"Oh..hehehe"

"Lagi ngelamun ya ? Ayo...ngelamunin siapa" tanyanya.

"Ngelamunin kamu" jawabku sambil tertawa dan membalikkan diri menuju kelas. Saya tidak memberi dia kesempatan berkomentar karena Sebentar lagi ada kuis matematika. Meskipun saya bisa mata pelajaran ini tapi saya juga butuh persiapan.
Sebelum masuk kelas, saya menyempatkan menoleh ke tempat tadi. Ternyata dia masih di sana menatap ke arah saya.
Saya senyum dan sedikit berteriak "saya ada kuis matematika setelah istirahat".

"Ohh...good luck" jawabnya sambil senyum

"Thanks my friend" sambil memberi isyarat kalau saya mau masuk kelas.
Diapun senyum dan membalikkan punggungnya yang kokoh ke arah kelasnya.

Dalam kelas, saya disambut Karina dengan ledekannya  "Cie cie ada yang habis ngobrol dengan best friend"
Saya senyum saja. Tidak menanggapi komentarnya karena saya berpikir dia harus belajar.

***

Hari minggu pagi ada kegiatan PMR di sekolah dan sorenya dilanjutkan dengan les matematika.
Sebenarnya agak lelah setelah latihan PMR. Ingin rasanya pulang ke rumah untuk tidur, tapi Matematika itu mata pelajaran favorit saya. Jadi wajib ikut les.
Siang ini benar benar terik. Haus !!! Teriakku dalam hati sambil duduk di bangku kayu dan bersandar di dinding.

"Haus ?" Tiba-tiba di sebelah saya terdengar suara yang sangat tidak asing di telinga saya. Oh Tuhan, pujaan hatiku ada di depan mata.
Sambil menyerahkan botol minuman dia melanjutkan "kenapa ? Heran melihat saya ada di sini".

"Thank you. Tau aja deh kalau saya haus" Saya mengambil botol minuman sambil berpikir dia ada urusan apa ya ke sekolah. Setahu saya dia tidak ikut les.

Sambil membuka tutup botol minuman, saya masih berpikir apakah dia sengaja ke sini untuk bertemu saya.

"Minumnya jangan sambil ngelamun. Ntar bisa tersedak lho".

"Hhehe iya..." 
"Rey, kamu ke sini...." kalimatku terhenti.

May tiba-tiba menghampiri dan nyeletuk "akhirnya kamu datang juga".

"Iya..." balas Rey sambil senyum.

Sungguh saya tidak mengerti sebenarnya ada apa sih.

"Ok Rey silakan dilanjut ngobrolnya. Saya mau nyari minum dulu" sambil senyum ke arah saya.

Setelah May berlalu, Rey menjelaskan "kemarin saya ketemu May dan Cacha di kantin. Mereka ngobrol kalau besok sore mereka ada les dan May nambahin sebelum les ada kegiatan PMR".
Rey berhenti kemudian menatap saya, lalu menambahkan "daripada di rumah nggak ngapa ngapain mending saya ke sini ketemu sama kamu".

"Ohh begitu". Boleh juga nih ada teman ngobrol pikirku. Apalagi dengan orang yang disukai. Rey, kalau kamu tahu saya sangat senang kamu menemui saya, batinku.

Kamipun ngobrol, dan Tak lama kemudian dari arah gerbang sekolah berjalan seorang perempuan manis bertubuh langsing berambut sebahu.
"Itu cacha sudah datang" kataku

Sedikit teriak saya memanggil Cacha
"Cha...sini..."

Cacha berjalan ke arah kami dan menyapa "Hai guys"

"Hay" balas kami
"Cha...Tumben nih datangnya lebih cepat"

"Iya biar bisa ngobrol sama kalian. Soalnya sangat jarang kita bisa nyantai seperti ini".

"Dengan Rey kali..." kataku menimpali.

"Iya sama Rey. Dulu waktu masih sekelas, kita selalu bercanda, tertawa, ngobrol bersama. Tapi sekarang...paling saling menyapa saja"
Saya dan Rey terdiam mendengarkan Cacha. Entah apa yang ada di pikiran Rey saat ini. Saya jadi rindu masa itu.
"Kalian pernah merasa rindu tidak dengan masa-masa itu ?" Lanjut Cacha.

"Iya Cha. rindu..." jawab kami kompak.
Oh ternyata Rey juga merasakan hal yang sama. Baguslah kalau begitu

Kamipun terlibat obrolan masa-masa kelas satu dulu. Seharusnya dengan May juga tapi tau deh May kemana. Siang seru menurutku.

***

Keesokan harinya saat jam istirahat. May dan Cacha menarik saya ke tempat yang agak sepi dan menjelaskan maksud kedatangan Rey kemarin.
"Ratna, ada yang ingin saya jelaskan ke kamu. Sebenarnya Rey itu suka sama kamu tapi dia merasa tidak pantas jalan sama kamu" itu kata May.

"Tidak pantas ? tidak pantas bagaimana ?" Tanyaku

"Kata Rey kamu itu jago matematika, sangat terkenal di sekolah. Sedangkan dia..." kalimat Cacha menggantung.

Saya terdiam. Bukannya dia juga punya kelebihan, jago bahasa Inggris yang justru saya tidak bisa. Berarti imbang kan.

"Nah untuk itu saya sarankan agar dia ketemu sama kamu kemarin dan menjelaskan perasaannya dia ke kamu tapi ternyata dia tidak punya keberanian". Lanjut May.

"Saya dan Cacha sudah menjelaskan. Selanjutnya terserah kamu gimana kamu bersikap ke Rey" kata May.

"Ok thanks May...Cha..." kataku

Cacha dan May berlalu dari hadapan saya menuju kantin. Dan saya menuju kelas. Rasa haus saya tiba-tiba hilang begitu saja.
Seribet inikah cinta ? Pikirku.
Ahh pusing... Ujian 4 bulan lagi.
Belajar dan belajar itu nomor satu.
Tapi perasaan ini penting juga !
Semoga akan indah pada waktunya....harapku.

***

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Sebulan lagi ujian. Belajar dan les semakin diperketat.
Saya teringat sama Rey. Akhir-akhir ini saya jarang ketemu sama dia. Kalaupun ketemu hanya selintas saja. Mungkin dia juga sibuk belajar. Ingin rasanya menyelesaikan masalah perasaan kami tapi tidak pernah bisa.

***

Tak terasa ujian telah kami lalui dan hari ini penerimaan ijazah, berarti hari ini pertemuan terakhir dengan teman-teman putih abu-abu. Sedih rasanya harus berpisah dengan teman-teman yang selama tiga tahun bersàma.
Hari ini saya sangat berharap bisa menyelesaikan urusan hati saya dengan Rey.

Ijazah sudah di tangan. Sekarang saya menunggu Rey. Kenapa ya dia belum datang.
Tiga puluh menit menunggu rasanya lama sekali.
Dari kejauhan saya melihat sosok Rey berjalan terburu-buru. Sepertinya dia ada kesibukan.
Saya biarkan saja terlebih dahulu mengambil ijazahnya. Setelah urusannya selesai, dia menghampiri saya
"Hai..." sapanya

"Hai" balas saya "kamu sepertinya sibuk ya hari ini" lanjut saya.

"Iya benar. Ini juga buru-buru, makanya mau langsung pamit sama kamu. Maaf kalau misalnya selama ini saya ada salah dalam berkata  dan bersikap". Sambil mengulurkan tangannya sebagai tanda perpisahan.
Jujur sangat berat menerima kenyataan ini. Saya menunggu di sini untuk mendapatkan titik terang tapi yang saya dapatkan malah sebaliknya. Sama sekali tidak memberikan saya kesempatan untuk berbicara panjang. Dan diapun tidak memberi tahu akan kemana selanjutnya setelah ijazah di tangan.

"Hey, are you okay ?" Dengan uluran tangan yang masih menggantung.

"Oh iya saya...saya baik koq" saya menjabat tangannya dengan perasaan sedih. Saya lagi sangat tidak baik Rey ! Jeritku dalam hati. Sedih dan marah bercampur jadi satu. Saya berusaha agar air mataku tidak mengalir ke pipi.
"Maaf juga ya kalau saya ada salah" lanjut saya

Rey mengangguk dan memberikan kalimat terakhirnya
"goodbye...And I wish you always happy"

"Thanks. Kamu juga selalu bahagia ya" balasku.

Dia mengangguk lemudian membalikkan tubuhnya menuju vespanya. Sebelum berlalu dia sempat menoleh dan tersenyum ke arah saya.

Saya balas senyumnya, dia pun berlalu dari pandangan saya. Tak kuasa membendung danau yang terbentuk sejak tadi, akhirnya tumpah juga ke pipi.

Tiga tahun memendam rasa yang tak bisa tersampaikan. Ini bukan bertepuk sebelah tangan, tapi dua rasa yang tidak menyatu.


Selamat tinggal rasaku...


Cerpen by Ratna Dg Bunga
Makassar, 26 Juli 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Story about me

Perbedaan Body Lotion, Body Cream Dan Body Butter

Mengapa Butuh Hand Cream ?