Di Radio...

Malam sepi bukan karena larut tetapi karena hujan yang masih mengguyur. Sejak sore hujan sehingga orang orang pada betah dalam rumah.

Hampir jam 8 saya stay tune di radio favoritku. Seperti biasa saya akan mendengarkan acara "Salam Untuk Anda" yang dimulai jam 8 sampai 10 malam.
Setiap malam saat tidak ada kegiatan di luar rumah pasti dengar acara ini. Ketemu teman-teman pencinta radio di udara itu punya kebahagiaan tersendiri. Mendengar penyiar favorit berceloteh tidak pernah bosan, sebaliknya jadi rindu saat semalam tidak bisa mendengarkan suaranya. Oh my gosh...

"Assalamu alaikum wr wb dan selamat malam. Kembali lagi announcer anda Dede Hermawan akan menemani kalian 2 jam ke depan di Salam Untuk Anda. Kabar kalian bagaimana. Pasti jawabannya DINGIN !!! Ya benar udara malam ini lumayan dingin. Hmmm...seperti biasanya di acara ini kalian bisa request lagu yang anda ingin dengarkan dan tentunya anda juga bisa menjumpai teman-teman anda, keluarga atau someone special mungkin. Ok sebelum menerima telpon dari anda dan untuk menghangatkan suasana, kita dengarkan dulu lagu yang satu ini..."
Itu opening acara dari sang announcer

Lagupun terputar, disusul dengan pariwara dan selanjutnya siap terima penelpon pertama

"Halo....Salam Untuk Anda, dengan siapa" begitu sapaan mas Dede

"Halo selamat malam, ini dengan Nana mas" saya balas menyapa

"Hai Nana apa kabar. Aktivitasnya hari ini gimana". Begitulah obrolan pembuka kami. Selanjutnya saya akan request lagu dan mempersembahkannya pada teman teman yang juga sudah antri di belakang saya untuk gabung.

Obrolan tersebut sangat sederhana dan berulang setiap malam tapi kami tidak pernah bosan. Sebaliknya akan jadi terasa rindu saat satu malam saja tidak ikut beratensi di acara tersebut.

Mendengar radio bagi saya sangat menyenangkan bisa nambah teman, nambah wawasan, nambah ilmu, sebagai hiburan, juga menemani saya mengerjakan tugas-tugas kuliah dan laporan.

Telpon secara live di radio, ini bisa membuat orang yang mendengar terkadang langsung suka atau bahkan jatuh cinta dengan suara sang penelpon padahal belum pernah ketemu. Seperti malam ini salah seorang pendengar pasif yang namanya Melky. Dia seorang pegawai di salah satu instansi pemerintah yang langsung suka dengan suara saya hanya satu kali dengar saja. Dan dengan rasa suka itu dia punya keberanian untuk telpon ke radio pada malam ini juga. Dahsyat !

"Halo selamat malam. Saya Melky. Saya pendatang baru ingin kenalan sama semua pendengar Salam Untuk Anda, dan spesial untuk Nana". Olala...dapat salam spesial. Kenal balik dalam hati saya berkata.

***

Saya pikir salam spesial dari Melky hanya pada malan itu saja. Ternyata tiap malam ada salam spesial dari dia bahkan berubah jadi salam "Marisa : manis, rindu dan sayang". Oh my God...
Berbulan-bulan seperti itu, tapi tidak membuat saya jadi berasa di negeri awan. Saya cuek saja. Nanti juga akan berhenti kalau dia jenuh pikir saya.
Tapi ternyata tidak. Di udara dia malahan ngajak sua delta di studio. Ok siapa takut !

***

Sabtu sibuk ! Sebenarnya mata kuliah hari ini hanya satu tapi dilanjutkan dengan asistensi laporan dan berikutnya asistensi praktek untuk praktek lapangan minggu depan.
Kulirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Waktu menunjukkan pukul 16.00. Saya harus pulang ke rumah istirahat sebentar kemudian siap siap ke studio. Yah malam nanti saya ada janji ketemu Melky di studio.

***

Sebelum jam tujuh saya nyampe di studio. Ternyata ada beberapa teman yang sudah lebih duluan tiba. Mereka asyik bercanda, saling bertanya kabar. Melky belum kelihatan. Wajar saja karena jarak tempat tinggalnya dengan studio lumayan jauh.

"Wah putrinya sudah datang. Kita tunggu pangerannya. Seperti apa ya ?". Itu kalimat pembuka Nia yang ditujukan ke saya.

"Cie cie yang mau ketemuan. Jadi penasaran bagaimana endingnya". Tambah Cia

Obrolan mereka terhenti saat terdengar salam dari mas Dede "hai semuanya selamat malam"

"Selamat malam". Jawab kami kompak

Kemudian pandangan mas Dede tertuju ke arah saya sambil senyum dia berucap "Melky belum datang ya Na...". Saya menjawab dengan anggukan.

Jam 19.45 sebuah mobil berwarna putih berhenti depan studio. Semua pandangam tertuju ke arah mobil tersebut. Pintu mobil terbuka dan seorang laki-laki dewasa keluar dari mobil. Postur tubuhnya tinggi dan tegap, kulit sawo matang, kelihatan santai tapi tetap rapi. Dari kejauhan tercium wangi parfumnya yang segar. Secara keseluruhan itu gue banget. Uppzz apaan sih...

"Selamat malam" ucapnya sambil tersenyum.
"Saya mau ketemu sama mas Dede Hermawan. Apa dia ada"

"Ohh... saya Dede. Dengan Melky ya ?"

"Oh iya mas saya Melky" sambil mengulurkan tangan yang langsung disambut oleh mas Dede
"Oh iya ini ada sedikit oleh oleh. Semoga suka" sambil meletakkan kantongan di atas meja.

"Waduh koq repot repot sih Mel" balas mas Dede sambil membuka kantongan tersebut dan mengambil salah satu cemilan.

"Tidak repot koq mas" sambil tersenyum dia menatap kami satu persatu seolah olah dia bertanya apakah yang ada di depan saya ini adalah pendengar sama seperti dirinya.

Sambil mencomot cemilan, mas Dede berucap "Terimakasih ya Mel oleh-olehnya"

Melky menjawab "iya mas". Lagi lagi dia tersenyum ke arah kami

"Oh iya Mel ini pendengar Salam Untuk Anda. Silakan kamu kenalan dengan mereka. Dan saya tinggal dulu ya... mau opening" sambil tersenyum mas Dede menatap ke arah saya.

Setelah mas Dede berlalu. Saya dan teman-teman memperkenalkan diri.
"Hai Mel, saya Nana" sambil senyum saya mengulurkan tangan dan disambut dengan ramah oleh Melky. Tangan saya digenggam erat seakan tidak mau dilepas padahal ini baru ketemu. Telapak tangannya terasa  lembut dan wangi. Saya berpikir pria di depan saya ini sangat intens melakukan perawatan terbukti dari ujung rambut sampai ujung kaki kelihatan terawat.
Setelah kami kenalan lanjut ngobrol dan tidak terasa waktu satu jam telah berlalu.

Di udara mas Dede mengingatkan kepada pendengarnya kalau waktu menunjukkan pukul 21.00. Hha ? Ini berarti waktunya saya pulang. Sebelum pukul 22.00 harus nyampe di rumah.
Melky menawarkan untuk mengantar pulang tapi saya menolak dengan halus. Dan akhirnya dia pulang belakangan menunggu mas Dede selesai siaran.

***

Malam minggu berikutnya Melky kembali ngajak ketemuan tapi saya tidak bisa memenuhi keinginannya karena saya ada praktek lapang di luar kota. Jadilah dia sendiri ke studio. Kali ini benar-benar sendiri. Entah kenapa teman-teman yang lain juga tidak nongol. Itu kata mas Dede di udara.

***

Dua bulan tidak berkunjung ke studio, tidak bertemu teman-teman. Sangat rindu rasanya meskipun tiap hari ketemu di udara. Kesibukan kuliah, kerja tugas, kerja laporan, asistensi dan ujian praktek membuat tidak ada waktu untuk kopi darat dengan teman-teman radio.
Hari ini semua laporan dan ujian praktek telah saya selesaikan dengan baik berarti besok bisa lebih santai.

Besok minggu malam Melky mau ketemu, katanya ada hal penting yang ingin disampaikan. Ada apa ya ? Lihat saja besok.

***

Jam 19.30 saya nyampe di studio. Ternyata Melky sudah lebih duluan nyampe. Segitu pentingnya ?
"Hai, sudah lama ya ?" Saya sapa dia

"Saya baru nyampe koq. Lama ga jumpa kabar gimana Na ?

"Baik. Melky gimana ?

"Kabar saya kurang baik. Lagi rindu berat" jawab Melky.

"Oh ya ? Rindu sama siapa ?" Tanyaku antusias.

"Rindu sama kamu..." jawabnya sambil menatap saya. Tatapannya dalam. Grogi juga dipandangi seperti itu.

"Hhaha paling bisa deh bercandanya. by the way hal penting apa sih yang mau dibicarakan ?". Sambil nanya saya perhatikan dia dengan seksama. Kelihatan dia tiba-tiba jadi canggung, kaku dan sedikit tidak percaya diri. Kenapa ya ?

Dia terdiam sedikit nenunduk lalu pelan-pelan mengangkat mukanya dan memperhatikan sekitarnya. Studio malam ini sepi. Di dalam cuma ada satu penyiar yang bertugas dari petang tadi, sementara mas Dede juga belum datang.

"Na sejak pertama kali mendengar suara kamu di udara saya langsung suka. Dan pertama kali melihat kamu dua bulan yang lalu rasa sukaku semakin bertambah. Kamu mengerti kan maksudku?". Kali ini saya yang terdiam sedikit menunduk. Apa yang saya khawatirkan itu benar-benar terjadi. Dia suka sama saya, tentunya suka bukan sebagai teman.

"Nana...saya sayang sama kamu, cinta sama kamu". Saya masih terdiam. Hening. Mau jawab apa ini ? Mau bilang YA tapi tidak ada rasa. Mau bilang TIDAK tapi tidak tega.

"Na kalau ini menurut kamu mendadak. Kamu tidak perlu jawab sekarang. Saya beri waktu kamu seminggu". Tuhan, pria di depan saya terlalu baik untuk menerima penolakan. Tetapi saya tidak ada rasa saat bersamanya seperti saat ini.

"Melky... terimakasih sudah sayang dan cinta sama saya. Tapi...". ya Tuhan sangat berat untuk bilang TIDAK. Pria depanku ini menurutku pria yang baik. Meskipun ini baru pertemuan kedua tapi saya bisa merasakan kalau dia itu sosok pria yang santun, lembut dan penyayang.

"Tapi kenapa Na...". Melky memecah diamku.

Dengan terbata-bata saya melanjutkan kalimatku sambil menatap matanya yang penuh harap "maaf Mel, saya tidak bisa membalas cintamu. Saya...tidak ada rasa saat bersama kamu". Akhirnya kalimat ini meluncur juga yang susah payah saya ucapkan. Dan saya melanjutkan kembali "tapi kita bisa berteman baik Mel meskipun kita bukan sebagai pasangan kekasih".

Melky menunduk dan terdiam sejenak. Kemudian dia berkata dengan lembut "Na...mungkin saat ini rasa itu tidak ada tapi seiring berjalannya waktu rasa itu akan tumbuh dengan seringnya kita bersama. Kita coba ya Na...".

"Jangan Melky. Jangan membuang waktu dengan hal yang belum pasti. Please ya Mel ngertiin keputusan saya". Saat mengucapkan kalimat ini saya menatap le arah lain. Saya tidak mampu menatap wajah lemasnya.

Kami terdiam. Kami sibuk dengan pikiran masing-masing.
Dua bulan dari pertemuan pertama sampai kita bertemu lagi malam ini. Benar- nenar tidak ada rasa. Dua bulan saya lalui dengan biasa-biasa saja. Tidak didera rindu, tidak ada keinginan yang dahsyat untuk bertemu, tidak ada debar saat bertemu. Semuanya biasa saja. Tidak ada yang spesial. Bagaimana saya mau mencoba menumbuhkan rasa tersebut. Pastinya itu pekerjaan sia-sia menurutku. Buang waktu saja.

"Na...Nana..."lamunanku buyar seketika oleh panggilan Melky

"Iya, kenapa Mel ?". Saya mencoba menatap dia.

"Ok saya hargai keputusan kamu. Terimakasih ya sudah mau berteman dengan saya". Sambil mengalihkan pandangan ke dalam studio. Upppzz saya baru sadar kalau mas Dede tidak siaran malam ini. Kenapa ya ?
Dan ternyata pikiran saya bisa terbaca oleh Melky "mas Dede tidak siaran malam ini. Dia ada undangan".

"Ohh..." gumamku nyaris tak terdengar

"Kita pulang ya...Mau kuantar ?

Nah tuh kan dia itu orangnya baik. Sudah ditolak, tetap mau mengantar pulang.

"Hmmm...ditanya malah ngelamun"

Sambil senyum saya menjawab "tidak usah".

Kami berdua berjalan keluar. Sebelum Melky masuk ke mobil dia senyum ke saya dan berkata "pamit ya...Kamu hati-hati di jalan". Melihat senyum dia, saya mau nangis rasanya. Saya tahu kamu berusaha senyum di depanku seolah-olah tidak terjadi apa-apa, tapi matamu tidak bisa bohong. Kamu sedih atas penolakan saya. Itulah kamu, sangat dewasa dalam bertutur dan bersikap.

"Terimakasih. Kamu juga hati-hati ya". Saya balas senyumnya

"Pasti. Bye..." masih dengan senyumnya

"Bye..." balasku.

Semenit kemudian mobil Melky hilang dari pandanganku. Tanpa kusadari air mataku tumpah. Melky, maafkan diriku. Kamu pria baik pasti kelak akan mendapatkan perempuan yang baik juga. Itu doaku dalam hati.

Maaf....


Cerpen by Ratna Dg Bunga
Makassar, 10 Dzulhijjah 1442 H - 20 Juli 2021


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Story about me

Perbedaan Body Lotion, Body Cream Dan Body Butter

Mengapa Butuh Hand Cream ?